The Promised Neverland; Perbedaan Manga vs Anime

Card image cap

The Promised Neverland awalnya mencuri perhatian penggemar dengan premisnya yang unik: anak-anak di panti asuhan yang cerdas dan penuh kasih ternyata dipelihara sebagai "ternak" oleh makhluk pemakan manusia. Adaptasi anime dari manga karya Kaiu Shirai (penulis) dan Posuka Demizu (ilustrator) ini sempat menuai pujian. Namun, juga tak lepas dari kritik, terutama pada musim keduanya.

Kira-kira apa yang membuat pengalaman membaca manga dengan menonton anime The Promised Neverland terasa sangat berbeda? Mari kita telaah perbedaan utama keduanya.


Alur Cerita The Promised Neverland

Berlatar waktu pada tahun 2045, Grace Field House merupakan panti asuhan yang tampak ideal bagi anak-anak. Di dalam Grace Field House menampung sebanyak 38 anak-anak, anak-anak di sana selalu merasa senang, mereka diberi pendidikan terbaik, makanan enak, dan kasih sayang dari "Mama" Isabella. Namun ada tiga aturan ketat: jangan pergi keluar gerbang, jangan masuk ke rumah kosong, dan jangan mendengar pembicaraan orang dewasa saat makan. Promised Neverland menyorot 3 anak-anak utama, Emma, Ray, dan Norman. Mereka menjadi sahabat serta saingan saat ujian harian.

Pada suatu malam, seorang anak yatim piatu bernama Conny dikirim ke luar untuk diadopsi, tetapi Emma dan Norman mengikutinya setelah menyadari bahwa Conny meninggalkan boneka kelinci mainannya yang diberi nama Little Bunny. Saat mereka tiba di gerbang, mereka menemukan bahwa Conny telah mati dan segera menyadari kebenaran yang sesungguhnya tentang keberadaan mereka di panti asuhan tersebut. Bertekad untuk kabur dari Grace Field House, Norman dan Emma bekerja sama dengan Ray demi menemukan cara untuk melarikan diri dari sana dengan semua anak-anak yang lainnya. Namun, tentu saja itu bukanlah hal yang mudah bagi mereka semua, banyak hal yang terjadi setelah mereka menyusun rencana pelarian bahkan Norman sempat tertangkap dan dibawa ke fasilitas eksperimen rahasia bernama Lambda 7214.


Perbedaan Anime vs Manga nya

Pada season pertama, semua nya berjalan sesuai dengan yang tertera dalam manga, tapi jika diteliti lagi, banyak hal yang membuatnya terasa berbeda dengan manga. Terlebih lagi pada season kedua nya, sangat terasa jelas bahwa anime nya berbeda denngan yang ada pada manga. Dari mulai penggambaran karakter bahkan alur cerita yang tidak tidak sesuai. Di dalam anime nya menghapus seluruh Goldy Pond Arc dan Royal Family Arc dan melewati berbagai perkembangan konflik dan karakter yang penting di manga.

Dalam animenya tidak dijelaskan secara detail bagaimana Norman selama menjadi bahan eksperimen. Jika versi manga, Norman digambarkan dengan signifikan, dari mulai perubahan fisik, mental, dan karakter. Lalu penjelasan tentang karakter pendukung, seperti Yugo, Lucas, dan Mujika mendapat ruang eksplorasi lebih luas di manga. Sedangkan dalam anime, mereka hanya diperkenalkan secara sekilas.

Penjelasan tentang dunia iblis dalam animenya terlalu cepat dilewati dan terburu-buru, banyak elemen world-building yang ditiadakan. Padahal jika dalam manga, terdapat penjelasan detail tentang politik iblis, struktur peternakan manusia, dan sejarah "Janji Lama", serta penuh konflik dan fraksi yang berbeda.

Terakhir, pada ending anime vs manga sangat berbeda. Dalam manga, menyajikan konflik klimaks, negosiasi ulang dengan “Him” (dewa iblis), perang besar, dan epilog emosional. Sedangkan dalam anime, peristiwa-peristiwa kompleks hanya ditampilkan sebagai slideshow/montase gambar diam, bukan adegan animasi. Pada akhir chapter dijelaskan tentang Emma yang kehilangan ingatannya demi menyelamatkan anak-anak lain, Ray, Norman, dan yang lainnya mencarinya selama 2 tahun dan akhirnya menemukannya. Endingnya pahit-manis: Emma tidak mengenal mereka, tapi ia merasa damai dan tertarik pada mereka kembali. Sedangkan dalam anime, Emma terlihat bertemu kembali dengan mereka, tapi tanpa penjelasan tentang memorinya—membuat banyak fans kebingungan apakah dia ingat atau tidak, hal itu membuat semuanya terkesan terlalu “happy ending” dari yang seharusnya.